PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KEBUTUHAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KOTA GORONTALO

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun perencanaan pembelajaran berbasis kebutuhan di SLBN Kota Gorontalo serta melakukan pelaksanaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan proses analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Bentuk program pembelajaran berbasis kebutuhan yang dilaksanakan oleh sekolah adalah pembelajaran individual atau program pembelajaran individual (PPI) yang disusun oleh tim yang terdiri dari kepala sekolah, guru umum/wali kelas yang dianggap mempunyai pengetahuan dan pernah mengikuti Diklat tentang anak berkebutuhan khusus. Penyusunan PPI juga disesuaikan dengan kemampuan siswa yang dapat diperoleh dari hasil asesmen awal pada anak; (2) Proses pembelajaran atau pelaksanaan pembelajaran dilakukan di dalam dan di luar kelas. RPP, strategi pembelajaran, metode, dan materi pembelajaran mengikuti karakteristik anak dengan menyederhanakan materi pembelajaran. Problematik pembelajaran individu ABK di SLB adalah bervariasinya hambatan dan tingkat kelas yang berbeda dalam satu rombongan belajar membuat guru harus memiliki kreativitas yang tinggi dalam menggunakan metode maupun strategi mengajar untuk memacu motivasi belajar ABK. Kemauan belajar anak yang bervariasi dalam belajar perlu dukungan orang tua dalam membantu dan membimbing ABK dalam mengulang kembali pelajaran yang telah diterima di sekolah; dan (3) Evaluasi pembelajaran di SLB menyesuaikan dengan kompetensi ABK dan hasil asesmen serta modifikasi pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan sederhana baik segi, materi, bobot kesulitan, peringkasan kata dan kalimat, demikian juga dengan penetapan KKM disesuaikan dengan kemampuan dari masing-masing ABK. Ketika anak tidak mencapai ketuntasan maka guru memberikan remedial pada anak. Evaluasi pada ABK dapat juga dilakukan dengan cara mengikutkan anak mengikuti ujian nasional di mana bentuk soal dan bobot soal diserahkan ke sekolah dan ujian sekolah bagi yang memiliki hambatan dalam IQ. Dan hasil dari ujian tersebut anak akan diberi ijazah untuk melanjutkan ke sekolah di atasnya.